"Net Est Personarum Acceptor Deus" artinya sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Demikan motto dari Mgr. Yohanes Harun Yuwono. Beliau ingin supaya umat Allah menyadari bahwa di Lampung "Sai Bumi Ruwai Jurai" ini banyak pendatang untuk hidup karena tanah Lampung yang subur. Hari ini, Kamis (9/10). Perayaan Misa Ekaristi dimulai pukul 09.00 yang dihadiri oleh tujuh ribu umat katolik di Lampung. Acara misa yang berlangsung di halaman SMA Xaverius Pahoman, Bandar Lampung ini dijaga ketat oleh aparat keamanan dari Polda Lampung. Umat yang hadir harus melalui pintu masuk yang dilengkapi dengan metal detektor. Suasana padat dan berhimpit diantara umat yang hadir untuk mencari tempat duduk pun mulai terasa. Satu jam sebelum acara misa berlangsung, tempat duduk sudah terisi penuh oleh umat katolik dari 21 paroki di Keuskupan Tanjungkarang. Raja Agung sebagai lagu pembukaan mengiringi acara prosesi misa ekaristi. Dari prosesi tersebut, terlihat penahbis utama Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ, diikuti Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD dan Mgr. Anicetus B. Sinaga, OFM Cap. Tampak dalam iring-iringan adalah 35 orang uskup di Indonesia sebagai konselebran
Rabu, 09 Desember 2015
"Net Est Personarum Acceptor Deus" artinya sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Demikan motto dari Mgr. Yohanes Harun Yuwono. Beliau ingin supaya umat Allah menyadari bahwa di Lampung "Sai Bumi Ruwai Jurai" ini banyak pendatang untuk hidup karena tanah Lampung yang subur. Hari ini, Kamis (9/10). Perayaan Misa Ekaristi dimulai pukul 09.00 yang dihadiri oleh tujuh ribu umat katolik di Lampung. Acara misa yang berlangsung di halaman SMA Xaverius Pahoman, Bandar Lampung ini dijaga ketat oleh aparat keamanan dari Polda Lampung. Umat yang hadir harus melalui pintu masuk yang dilengkapi dengan metal detektor. Suasana padat dan berhimpit diantara umat yang hadir untuk mencari tempat duduk pun mulai terasa. Satu jam sebelum acara misa berlangsung, tempat duduk sudah terisi penuh oleh umat katolik dari 21 paroki di Keuskupan Tanjungkarang. Raja Agung sebagai lagu pembukaan mengiringi acara prosesi misa ekaristi. Dari prosesi tersebut, terlihat penahbis utama Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ, diikuti Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD dan Mgr. Anicetus B. Sinaga, OFM Cap. Tampak dalam iring-iringan adalah 35 orang uskup di Indonesia sebagai konselebran
A. Hermelink, SCJ
datang ke Indonesia sebagai misionaris pada tahun 1926. Sebagai
misionaris, ia menerima situasi dan daerah yang baru meski itu butuh
penyesuaian yang tinggi. “Terima kasih atas surat yang dikirimkan kepada
saya. Inilah tanda kasih dari anggota keluarga di mana kita hidup
bersama. Syukur atas kenangan indah ketika kita di seminari tinggi.
Boleh dikatakan, kita hidup di sini mulai dengan kehidupan baru di dunia
yang baru, dan kita akan ikut di dalam kehidupan baru ini,” tulisnya
dalam suratnya yang tertanggal 16 Agustus 1927.
Dan di saat sendiri
sebagai misionaris, ia merindukan hidup bersama dalam komunitas. Dalam
situasi yang demikian, komunitas bukanlah soal jumlah orang yang hidup
di satu rumah, tetapi kontak hati, rasa kebersamaan, meski hidup
berjauhan. “Saudara yang baik, terima kasih atas suratnya. Adalah hal
yang baik di mana dengan ini kita dapat mengenang masa lalu saat kita
hidup bersama. Yang selalu menjadi kenangan adalah saat kita di Seminari
Agung,” tulisnya dalam surat yang sama.
Mgr. Andreas Henrisusanta, S.C.J. (lahir di Wonosari, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Hindia Belanda, 7 Juni 1935) adalah Uskup di Keuskupan Tanjungkarang periode dari 18 April 1979 sampai 6 Juli 2012. Ditahbiskan menjadi Imam pada tanggal 2 Juli 1961 dan terpilih menjadi Uskup di Keuskupan Tanjungkarang pada tanggal 18 April 1979.
Ia ditahbiskan menjadi Uskup pada 11 Februari 1976 oleh Penahbis Utama Mgr. Justinus Kardinal Darmojuwono, Uskup Agung Semarang, sementara Uskup Agung Vincenzo Maria Farano, Uskup Agung Titular Cluentum sekaligus Nuncio Apostolik untuk Indonesia dan Uskup Albert Hermelink Gentiaras, S.C.J., Uskup Tanjungkarang menjadi Uskup Ko-konsekrator.
Ia ditahbiskan menjadi Uskup pada 11 Februari 1976 oleh Penahbis Utama Mgr. Justinus Kardinal Darmojuwono, Uskup Agung Semarang, sementara Uskup Agung Vincenzo Maria Farano, Uskup Agung Titular Cluentum sekaligus Nuncio Apostolik untuk Indonesia dan Uskup Albert Hermelink Gentiaras, S.C.J., Uskup Tanjungkarang menjadi Uskup Ko-konsekrator.
Misa pembukaan Tahun Yubileum 2016 Keuskupan Tanjungkarang akan dilaksanakan di kompleks Goa Maria Padangbulan - Pringsewu - Lampung, pada hari Minggu, 13 DESEMBER 2015, PUKUL 10.00 WIB.
Misa dipimpin oleh Mgr. Yoh. Harun Yuwono (Uskup Keuskupan Tanjungkarang-Lampung).Khusus di Paroki Pringsewu hari Minggu tidak ada misa di Gereja. Misa dipusatkan di Goa Maria.
Mohon di Infokan ke seluruh umat. Terimakasih!!
God Bless us!
Misa dipimpin oleh Mgr. Yoh. Harun Yuwono (Uskup Keuskupan Tanjungkarang-Lampung).Khusus di Paroki Pringsewu hari Minggu tidak ada misa di Gereja. Misa dipusatkan di Goa Maria.
Mohon di Infokan ke seluruh umat. Terimakasih!!
God Bless us!
Selasa, 13 Oktober 2015
Bahwa Paroki Pringsewu sekarang menjadi Paroki besar dengan jumlah
Umat di atas enam ribu jiwa, dan akhirnya terbentuknya Keuskupan Tanjungkarang,
tidak diragukan adalah tumbuh dari “kecambah” yang antara lain terpelihara di
wilayah Padang Bulan ini. Ini adalah “mukjizat” yang nyata yang dapat kita
rasakan sebagai penyelenggaraan ilahi. Karena itu Bapa Uskup Emeritus dengan
penuh semangat mendorong Umat agar Padang Bulan ini dapat menjadi tempat ziarah
rohani. Dengan menjadikan Padang Bulan sebagai tempat ziarah diharapkan Umat
katolik Keuskupan Tanjungkarang tetap ingat pada akarnya.
Ketika Goa Maria dibangun di Padang Bulan, pemikiran mengenai tempat ziarah
tersebut menjadi terwujudkan. Tempat ziarah ini kemudian mengambil nama
Goa Maria "Mariam Perempuan untuk Segala Bangsa".
Rabu, 16 September 2015
Langganan:
Postingan
(
Atom
)