Selasa, 13 Oktober 2015

Wilayah Padang Bulan: Jika kita menyimak sejarah dari berbagai sumber dan mendengar sendiri dari Bapa Uskup Emeritus Mgr. Andreas Henrisoesanta, wilayah Padang Bulan ini sangat berarti bagi tonggak sejarah Gereja Katolik di Keuskupan Tanjungkarang. Tempat ini bukan saja daerah persembunyian bagi para misionaris untuk menghindari pengejaran dari para penjajah Jepang, melainkan juga tempat yang aman bagi Umat Katolik. Di masa darurat perang, di mana Gereja-gereja ditutup, Padang Bulan adalah tempat Umat awal tetap menerima pendidikan dan pemeliharaan iman.  Bahkan pada tahun 1949 untuk menghidari agresi Belanda yang akan kembali menguasai Indonesia, Padang Bulan adalah zona aman bagi para Novis dan Postulan Suster FSGM serta para seminaris.
Bahwa Paroki Pringsewu sekarang menjadi Paroki besar dengan jumlah Umat di atas enam ribu jiwa, dan akhirnya terbentuknya Keuskupan Tanjungkarang, tidak diragukan adalah tumbuh dari “kecambah” yang antara lain terpelihara di wilayah Padang Bulan ini. Ini adalah “mukjizat” yang nyata yang dapat kita rasakan sebagai penyelenggaraan ilahi. Karena itu Bapa Uskup Emeritus dengan penuh semangat mendorong Umat agar Padang Bulan ini dapat menjadi tempat ziarah rohani. Dengan menjadikan Padang Bulan sebagai tempat ziarah diharapkan Umat katolik Keuskupan Tanjungkarang tetap ingat pada akarnya.
            Ketika Goa Maria dibangun di Padang Bulan, pemikiran mengenai tempat ziarah tersebut menjadi terwujudkan. Tempat ziarah ini kemudian mengambil nama Goa Maria "Mariam Perempuan untuk Segala Bangsa".



Maria Sang Perempuan:
            Kata perempuan yang mengacu pada Maria adalah kata-kata biblis. Yesus menyebut ibunya sebagai perempuan untuk mengingatkan manusia akan Hawa yang tidak setia kepada Allah. Maria adalah kebalikan dari Hawa, dia perempuan yang setia. Maria sejak awal panggilannya mengatakan, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu” (Luk 1: 38). Dia murid Yesus yang pertama yang terus setia, setia sampai di bawah salib (Yoh 19: 26-27), dan bahkan setelah Yesus naik ke sorga (Kis 1: 12 – 14).
            Beberapa kali Yesus menyebut ibunya dengan perempuan. Pada pesta perkawinan di Kana, menanggapi keluhan Maria bahwa tuan rumah kehabisan anggur, Yesus mengatakan, “Mau apa engkau dari pada-Ku, hai perempuan (terjemahan Indonesia menggunakan kata ibu)? Saat-Ku belum tiba” (Yoh 2: 4). Namun Maria yakin bahwa Yesus akan menggabulkan permintaannya. Maka dia menyuruh pelayan-pelayan agar melakukan apa yang dikatakan oleh Yesus. Dan Yesus kemudian memang memerintahkan pelayan-pelayan untuk mengisi enam tempayan dengan air dan Dia mengubah air tersebut menjadi anggur (Yoh 2: 5 – 11).
Dari atas salib Yesus juga menyebut Maria dengan kata perempuan ketika menyerahkannya pada Yohanes untuk menjadi ibunya dan Yohanes menjadi anaknya (Yoh 19: 26 – 27). Di sini terjemahan Indonesia juga menyebut dengan istilah ibu.
Bukan hanya Yesus yang menyebut Maria dengan kata perempuan. Orang-orang yang mendengarkan Yesus juga menyebut Maria dengan kata perempuan. Maria adalah perempuan yang berbahagia yang mengandung dan menyusui Yesus. Namun dia disebut bahagia oleh Yesus karena mendengarkan Sabda Allah dan melakukannya (bdk. Luk 11: 27 – 28).
Maria sesungguhnya adalah perempuan yang ada dalam penampakan yang dilihat Yohanes dalam Kitab Wahyu bab 12. Perempuan itu sedang sakit bersalin dan akan melahirkan. Namun naga, yakni setan, ingin merebut dan membinasakan anak itu. Perempuan itu berjuang melindungi dan menyelamatkan anaknya.
Jadi sebutan perempuan untuk Bunda Maria adalah gelar yang berdasarkan Kitab Suci. Maria adalah adalah perempuan tetapi juga ibu yang bersama Kristus (co-redemtrice, co-mediatrice) menyelamatkan anak-anak manusia.

Perempuan Segala Bangsa:
            Nama Perempuan Segala Bangsa adalah mengacu pada penampakan Bunda Maria pada Ida Peederman, seorang perempuan berusia 40 tahun dari Amsterdam – Belanda[1]. Penampakan Bunda Maria pada Ida Peederman terjadi pada tanggal 25 Maret 1945, pada Hari Raya Kabar Sukacita. Ida Peederman mendapat penampakan tak kurang dari 56 kali selama 14 tahun, dengan penampakan terakhir pada 31 Mei 1959.
Dalam penampakan pertamanya pada 25 Maret 1945, Maria menyebut diri dengan istilah vrouwe. Kata Belanda itu berarti perempuan tetapi juga bisa berarti ibu/bunda. "Mereka akan memanggilku 'Sang Perempuan', 'Bunda'". Demikian juga dalam penampakan-penampakan selanjutnya.
Dalam penampakan-penampakan tersebut Bunda Maria, Sang Perempuan, mengingatkan mengenai mundurnya kepercayaan manusia pada Tuhan, kemerosotan moral, ancaman perang dan bencana alam. Maria yang menampakkan diri sebagai perempuan yang berdiri di atas bola dunia itu menyingkapkan rencana Allah yang hendak menyelamatkan dunia melalui perantaraannya.
Dalam 7 pesan terakhir (1954-1959), Bunda Maria membicarakan bangsa-bangsa di dunia, menunjukkan kepada mereka jalan yang harus dilalui, jalan yang menghantar pada mukjizat setiap hari, yakni Ekaristi. Maria memperlihatkan diri sebagai perempuan yang berdiri di atas bola dunia, ditembusi terang Allah, di depan Salib Putranya, dengan Siapa ia bersatu secara tak terpisahkan. Dari kedua tangan Maria memancarlah tiga berkas cahaya: rahmat, penebusan dan damai, yang akan ia anugerahkan kepada siapa saja yang berseru kepadanya sebagai Advocata (Pembela). Kawanan domba melambangkan segala suku dan bangsa di seluruh dunia, yang tiada akan tenang hingga mereka memandang Salib, pusat dunia (http://yesaya.indocell.net/id1281.htm, dikutip tgl. 8 Okt. 2015).

Bunda Segala Bangsa
            Kendatipun pada peampakan pertama Maria menggunakan istila vrouwe yang diterjemahkan dengan istilah ‘prempuan’, namun sesudah Paus Pius XII secara khidmad memaklumkan dogma Santa Perawan Maria Diangkat ke Sorga pada tanggal 1 November 1950, Bunda Maria memperkenalkan gelarnya yang baru, "Nak, aku berdiri di atas bola dunia ini, sebab aku ingin disebut Bunda Segala Bangsa" (16 November 1951).
Dengan demikian gelar yang lebih tepat untuk Maria dalam penampakan kepada Ida Peederman adalah Bunda Segala Bangsa. Sebutan ini lebih tepat karena Bunda Maria sendiri menghendaki disebut demikian. Dia memang perempuan kebalikan dari Hawa. Namun oleh Yesus sendiri dari atas salib dia telah diangkat menjadi ibu bagi umat beriman. Kepada Ida Peederman, Bunda Maria juga mengatakan, "Tak peduli siapapun engkau, aku ini untukmu: Ibu, Bunda Segala Bangsa" (31 Mei 1954).

Padang Bulan Oase Semua Orang:
            Seperti tempat ziarah marian di manapun, Goa Maria Bunda Segala Bangsa – Padang Bulan harus juga menjadi oase bagi semua orang. Tempat ini harus terbuka bagi siapa saja. Seperti pesan Maria kepada Ida Peederman, "Tak peduli siapapun engkau, aku ini untukmu: Ibu, Bunda Segala Bangsa". Maria adalah Bunda bagi siapa saja, baik yang percaya maupun yang tidak percaya kepadanya. Semua manusia adalah anak-anaknya. Karena itu tempat ziarah ini harus terbuka bagi semua orang dari segala latar belakang apapun.
            Pemberian tempat ziarah marian ini dengan nama Maria Bunda Segala Bangsa adalah sesuai dengan arah pastoral Keuskupan Tanjungkarang yang digagas oleh Bapa Uskup Emeritus Mgr. Andreas Henrisoesanta. Kita tahu arah pastoral Bapa Uskup Emeritus adalah ziarah bersama dengan semua orang dalam persaudaraan sejati menuju kepada Allah, Bapa semua manusia.


            Semoga tempat ziarah Goa Maria Padang Bulan ini menjadi tempat labuh bagi semua orang yang ingin menimba kekuatan iman dan perlindungan dari Bunda Maria. Semoga Maria Bunda Segala Bangsa selalu mendoakan semua penduduk Bumi Sai Ruwa Jurai ini sehingga kita dapat hidup sejahtera dan rukun dalam persaudaraan yang sejati. (Mgr. Yo)

2 komentar :

  1. Goa maria padangbulan terus memoles wajah ya.. terasa makin cantik aja, jadi pengin datang terus gitu

    BalasHapus

DONASI: BANK BCA Cab. Pringsewu, No. Rek: 8445193000 (a.n. LAURENTIUS P. or ANDREAS)

GOA MARIA PADANGBULAN

GOA MARIA PADANGBULAN

DONASI GOA MARIA PADANGBULAN:

Alamat: Jalan Jend. Sudirman - Padangbulan
Kel. Fajar Esuk - Pringsewu - Lampung 35373
INDONESIA 35373
Sumbangan Pengembangan Goa Maria Padangbulan dapat ditransfer ke:
BANK BCA Cab. Pringsewu No.Rek: 8445096900 (a.n: LAURENSIUS P. or ANDREAS)



Social Icons

Featured Posts

Social Icons

Arsip Blog

Sample Text

Pages

WARTA PAROKI

warta paroki Santo Yusup Pringsewu
GOA MARIA PADANGBULAN - PRINGSEWU - LAMPUNG

FOTO GOA MARIA

Popular Posts

Recent Posts

TIM PENGEMBANG

TIM PENGEMBANG GUA MARIA PADANGBULAN-PRINGSEWU LAMPUNG
Penanggungjawab : Pastor Paroki Santo Yusup Pringsewu
Ketua I : Y. Sebianto - II : P. Risdianto
Sekretaris I : Eko Wahyudi - II : R. Hermawan
Bendahara I : Andreas Suyatno
Pengurus harian : Sr. Francita FSGM dan Sr. Siska FSGM
Seksi Liturgi Koordinator : Y. Jono Marwoto
Anggota : AY. Suroso, Y. Setyoadi, Y. Suwaryadi, M. Sutarni,
M. Anna Pujiastuti.
Seksi Perawatan dan Pengembangan Jalan Salib dan Goa Maria, Koordinator : Y. Siswata
Anggota : Y. Mujiono, Karsono
Seksi Keamanan dan Humas, Koordinator : Suparjo
Anggota : Hernoko, Deni Kurniawan, Suryanto, Heru Saptono
Seksi Rumah Tangga Goa Maria, Koordinator : FX. Wiwik Kaswasih
Anggota : M. Sutarni, Y. Titi Mawarti, Sarkono, E. Dewanto
Seksi Publikasi dan Dokumentasi, Koordinator : Jacob Sutriyanto Jack
Anggota : Junjung Asa Pasunggi, Sinta F. Maria Arianti
Seksi Parkir, Koordinator : Pramonco
Anggota :Ag. Aris Sutiono, Andre, P. Krisdianto, Tri Antoro